rokok – Website resmi Akademi Keperawatan Luwuk https://akper-luwuk.ac.id Tue, 27 Sep 2016 00:47:33 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=4.7.3 Merokok? Ini Hidupmu, Dan Ini Pilihanmu https://akper-luwuk.ac.id/2016/08/15/merokok-hidupmu-dan-pilihanmu/ https://akper-luwuk.ac.id/2016/08/15/merokok-hidupmu-dan-pilihanmu/#respond Mon, 15 Aug 2016 00:12:47 +0000 http://akper-luwuk.ac.id/?p=109 Merokok. Bagi anda yang memilih untuk merokok, anda tergabung dalam sebagian besar masayarakat umum, yang masih dikaruniai paru-paru dan tubuh yang masih bisa mengatasi dampak dari hempasan asap rokok. Tapi […]

Posting Merokok? Ini Hidupmu, Dan Ini Pilihanmu ditampilkan lebih awal di Website resmi Akademi Keperawatan Luwuk.

]]>
Merokok. Bagi anda yang memilih untuk merokok, anda tergabung dalam sebagian besar masayarakat umum, yang masih dikaruniai paru-paru dan tubuh yang masih bisa mengatasi dampak dari hempasan asap rokok. Tapi pertanyaannya, sampai kapan tubuh anda bisa menerima itu semua?
Karena bagi “senior” anda. Mayoritas mereka sudah berhenti mengkonsumsi. Namun mereka berhenti bukan karena ingin, tapi harus berhenti. Karena jika tidak, segala penderitaan yang kini mereka rasakan akan bertambah berat. Bahkan ada beberapa orang yang dengan lisannya mengatakan dengan penuh penderitaan bahwa mereka sudah tidak kuat.
Lalu apa yang membuat mereka tidak kuat? Kebanyakan mereka merasakan sakit dada yang diakibatkan oleh kanker. Sebagian lagi mengalami sesak nafas yang tiada henti. Sehingga disetiap saat mereka butuh tambahan oksigen. Sebagian lagi mersakan kaki dan tangannya tidak bisa lagi digerakkan (terkena stroke). Dan sebagian lagi merasakah harus dilobangi tenggorokannya (trakeostomy), supaya oksigen bisa masuk paru-paru.
Itu semua hanya sebagian. Belum sebagian lain yang penderitaannya tidak bisa disangka-sangka. Yaitu melihat orang yang paling dekat dengan kita, istri, anak, saudara, bahkan mungkin ibu kita mengalami penderitaan di atas. Bukan akibat dari apa yang mereka lakukan, tapi lebih pada apa yang kita lakukan. Karena saat kita merokok, kita “menikmatinya”. Namun orang terdekat kita yang juga “menerima dampaknya”.
Jika ada kalimat yang menyatakan “merokok atau tidak, pasti mati juga”. Maka ingatlah kematian itu ada penyebabnya. Dan apakah kita mau jadi penyebab kematian diri kita? Dan terlebih penderitaan orang terdekat yang menyayangi kita? Dan jika kematian menjadikan dasar orang bisa merokok apa tidak, maka lihatlah racun. Orang yang minum racun ataupun tidak, mereka juga akan mati. Lalu kenapa kita memberi rokok yang juga menjadi racun bagi tubuh dan keluarga kita?
Maka saat anda ingin mengubah “nasib” anda ke depan. Tiada jalan lain selain perjuangan. Yang pertama tambahlah ilmu tentang bagaimana hukum rokok dan bahayanya. Banyaknya orang yang merokok, tidak akan merubah hukum berbahaya menjadi aman. Atau merubah dari yang haram menjadi mubah (boleh). Jika anda melihat seorang ustad atau kiai yang merokok dan mencontoh mereka. Ingatlah, bukan mereka yang membuat hukum.
Jika anda mencari ilmu manfaat rokok. Carilah dan dapatkan satu saja manfaat rokok bagi tubuh. Jika ada yang menyatakan bisa membuat ketenangan, maka periksalah nadi anda sebelum merokok, dan bandingkan setelahnya. Maka akan terjadi peningkatan. Sedangkan ciri ketenangan ialah nadinya normal. Sungguh jika anda mendapatkan kenikmatan, itu semua adalah kenikmatan palsu.
Jadi tanpa pengetahuan dan tekat, niscaya perubahan tiada akan terjadi. Jika tekad anda juga belum kuat. Maka kembalikan pada diri anda. Bagaimana jika anda melihat anak dan istri anda merokok? Niscaya anda akan melarang dengan berbagai dalil bahwa itu tidak baik buat mereka. Jika anda menyayangi mereka, lalu kenapa kita tidak menyayangi diri kita? Semua kembali kepada kita. Ini hidup kita, dan kita pasti ingin yang terbaik bagi diri, keluarga dan sekitar kita.

Atim Mulyanto, S.Kep.,Ns

Posting Merokok? Ini Hidupmu, Dan Ini Pilihanmu ditampilkan lebih awal di Website resmi Akademi Keperawatan Luwuk.

]]>
https://akper-luwuk.ac.id/2016/08/15/merokok-hidupmu-dan-pilihanmu/feed/ 0
Hubungan Merokok Dengan SKIZOFRENIA https://akper-luwuk.ac.id/2016/07/10/hubungan-merokok-skizofrenia/ https://akper-luwuk.ac.id/2016/07/10/hubungan-merokok-skizofrenia/#respond Sun, 10 Jul 2016 09:02:57 +0000 http://akper-luwuk.ac.id/?p=94 Ketergantungan tembakau merupakan kelainan yang paling sering terjadi pada populasi dengan penyakit mental berat. Sekitar 70-80% dari individu dengan skizofrenia, kelainan bipolar dan penyakit mental berat lain menggunakan tembakau, sementara […]

Posting Hubungan Merokok Dengan SKIZOFRENIA ditampilkan lebih awal di Website resmi Akademi Keperawatan Luwuk.

]]>
Ketergantungan tembakau merupakan kelainan yang paling sering terjadi pada populasi dengan penyakit mental berat. Sekitar 70-80% dari individu dengan skizofrenia, kelainan bipolar dan penyakit mental berat lain menggunakan tembakau, sementara prevalensi merokok pada populasi umum hanya 20-30%. Individu dengan skizofrenia memilik frekuensi merokok 1,5-2 kali lebih tinggi dibanding populasi umum, dan diantara semua diagnosis psikiatri frekuensi merokoknya 1,5 kali lebih tinggi. Skizofrenia merupakan salah satu penyakit mental yang paling melemahkan, mempengaruhi kira-kira 1% populasi global. Penyakit ini ditandai dengan adanya gangguan pada kognisi dan emosi, serta mempengaruhi bahasa, pikiran, persepsi, afek, dan perasaan diri. Gejala meliputi manifestasi psikotik seperti mendengar suara dari dalam diri, atau mengalami sensasi lain yang tidak berhubungan dengan sumber yang jelas (halusinasi) dan memberikan arti atau maksud yang tidak biasa pada kejadian normal atau mempertahankan kepercayaan personal yang salah (delusi).

Ketergantungan tembakau telah menjadi pusat perhatian pada populasi ini. Individu dengan skizofrenia memiliki angka ketergantungan tembakau 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Penggunaan tembakau tidak hanya menurunkan kualitas hidup pasien, tapi juga menyebabkan kematian akibat penyakit medis. Individu dengan skizofrenia rata-rata menghisap sebanyak 25 batang rokok tiap harinya. Hal ini lebih tinggi secara signifikan dari populasi umum.

Biaya bulanan yang dikeluarkan pasien skizofrenia untuk rokok menjadi sangat besar. Efek berbahaya dari merokok pada pasien dengan skizofrenia meliputi angka kejadian kanker yang tinggi, penyakit kardiovaskular dan respirasi, serta meningkatnya gejala psikiatri dan gejala kambuhan yang lebih berat.

Demografi dan Gejala Klinis
Puncak onset skizofrenia pada laki-laki biasanya terjadi antara usia 15-25 tahun, sedangkan pada wanita puncak onset terjadi pada usia 25-35 tahun. Walaupun insiden penyakit ini sedikit lebih tinggi pada laki-laki, wanita juga tidak jarang mengalami penyakit ini. Namun ada pula studi yang menyatakan bahwa insiden dan prevalensi skizofrenia sama pada laki-laki dan perempuan. Pada kedua gender, onset dari penyakit ini dipercepat dengan adanya suatu fase premorbid, yang secara tipikal terjadi pada masa kanak-kanak, yang ditandai adanya defisit kognitif, motorik dan sosial yang ringan dan kadang menunjukkan gejala-gejala seperti depresi (depression like symptoms). Walaupun fase berikutnya dapat bervariasi pada waktu terjadinya, fase prodromal dari penyakit biasanya mulai muncul saat remaja. Gejala negatif juga dapat menyebabkan gangguan fungsional yang lebih berat dibandingkan dengan psikosis. Gejala negatif dan defisit kognitif merupakan faktor prediktif penting dalam menentukan kemampuan pasien untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Gejala klinis yang lain dari skizofrenia meliputi cemas, gangguan penglihatan, disorientasi dari pikiran dan tingkah laku, gangguan sensorik dan motorik serta gangguan mood. Individu dengan skizofrenia juga memiliki angka mortalitas yang tinggi. Mereka lebih rentan untuk melakukan usaha bunuh diri karena gaya hidup yang miskin dan juga memiliki lebih banyak penyakit medis.

Faktor Resiko
Walaupun penyebab pasti dari skizofrenia masih belum diketahui, resiko genetik, biologikal, lingkungan dan neurodevelopment telah diusulkan untuk menjelaskan skizofrenia. Faktor resiko berikut ini dijelaskan di bawah: faktor genetik, lingkungan, teori peningkatan neurotransmiter dan teori neurodevelopmental, serta faktor resiko
penggunaan zat.

  1. Resiko skizofrenia
    Meningkat pada populasi yang tidak bekerja, berpendidikan rendah, tidak menikah serta mereka yang memiliki tingkat sosioekonomi rendah.
  2. Studi mengenai genetik dan keluarga
    telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki orangtua ataupun saudara kandung dengan skizofrenia memiliki kemungkinan sepuluh kali lipat lebih besar untuk mengalami penyakit yang sama, dan mereka dengankedua orangtua skizofrenia lima puluh kali lipat lebih mungkin mendapatkan penyakit tersebut.
  3. Kembar monozigot
    suatu resiko yang lebih besar untuk perkembangan penyakit skizofrenia.  Satu teori yang diajukan tentang gejala skizofrenia adalah bahwa individu dengan penyakit tersebut cenderung memiliki peningkatan level neurotransmiter dopamin di otak mereka. Teori ini didasarkan pada efek dari obat stimulan yang meningkatkan neurotransmisi dopaminergik. Selain itu juga ditemukan bahwa ketika individu dengan skizofrenia diterapi dengan obat antipsikotik, terdapat suatu penurunan neurotransmisi dopaminergik di otak dan pasien menunjukkan fungsionalitas yang lebih baik pada level perseptualdan gejala positif yang lebih sedikit.
  4. Faktor lingkungan
    menyebabkan penyakit ini meliputi sensitifitas individu ini pada lingkungan sekitar setiap harinya seperti musim, urbanisasi, status sosioekonomi dan hubungan kekeluargaan serta interaksi dari semua faktor tersebut meningkatkan insiden penyakit ini.

 

Referensi:
Patel M. Tobacco Dependence and Schizophrenia: A Complex Correlation Journal of Young Investigators. Vol 19; Issue 20. 2010.

Posting Hubungan Merokok Dengan SKIZOFRENIA ditampilkan lebih awal di Website resmi Akademi Keperawatan Luwuk.

]]>
https://akper-luwuk.ac.id/2016/07/10/hubungan-merokok-skizofrenia/feed/ 0