Menurut Supartini (2004) Hospitalisasi merupakan suatu proses dimana karena alasan tertentu atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkatan usia.
Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah (Wong, 2000). Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan nakes lainnya), lingkungan baru maupun keluarga yang mendampingi selama perawatan. Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan keadaan anaknya, pengobatan dan biaya perawatan. Apabila anak stres selama masa perawatan, orang tua menjadi stres pula, dan stres orang tua akan membuat tingkat stres anak semakin meningkat (Supartini, 2000), maka hal ini akan berpengaruh pada proses penyembuhan yaitu menurunnya sistem imun. Berdasarkan pada konsep psikoneuroimunologi, melalui poros hipotalamus hipofisis adrenal, bahwa stres psikologis akan berpengaruh pada hipotalamus, kemudian hipotalamus akan mempengaruhi hipofisis sehingga hipofisis akan mengekspresikan ACTH (adrenal cortico tropic hormone) yang akhirnya dapat mempengaruhi kelenjar adrenal, yang nantinya kelenjar ini akan menghasilkan kortisol. Apabila stres yang dialami pasien sangat tinggi, maka kelenjar adrenal akan menghasilkan kortisol dalam jumlah banyak sehingga dapat menekan sistem imun.
Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisai dipengaruhi oleh :
- Tingkat perkembangan usia
- Pengalaman sebelumnya
- Support sistem dalam keluarga
- Keterampilan koping
- Berat ringannya penyakit
Dampak hospitalisasi yang dialami anak dan keluarga akan menimbulkan stres dan rasa tidak aman. Jumlah dan efek stres tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.
Intervensi perawat dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak, diantaranya :
Menyiapkan anak untuk hospitalisasi
- Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak
- Mengorientasikann situasi rumah sakit
- Pada hari pertama melakukan tindakan seperti memberikan identitas pada anak berupa gelang nama, kenalkan kepada pasien anak perawat dan dokter yang merawat, mengenalkan kepada pasien yang lain
Mencegah atau meminimalkan dampak dari perpisahan
- Rooming in, orang tua dapat melihat anak setiap saat untuk mempertahankan kontak/komunikasi antara orangtua – anak
- Partisipasi orang tua, orang tua diharapkan dapat berpartisipasi dalam merawat anak yang sakit terutama dalam perawatan yang bias dilakukan. Perawat berperan sebagai pemberi pendidikan kesehatan terhadap keluarga.
- Membuat ruang perawatan dengan mendekorasi dinding memakai poster/kartu bergambar sehingga anak merasa aman jika berada diruang tersebut.
Meminimalkan perasaan kehilangan kontrol
- Mengusahakan kebebasan bergerak
- Membuat jadwal kegiatan yang terstruktur yang meliputi semua kegiatan yang penting bagi anak
- Member kesempatan kepada anak untuk independen
Mencegah dan meminimalkan perlukaan dan rasa sakit
- Perawat dapat menjelaskan apa yang akan dilakukan, siapa yang dapat ditemui anak jika merassa takut
- Melakukan manipulasi prosedur untuk mengurangi ketakutan
Memaksimalkan manfaat dari hospitalisasi
- Dapat membantu memfasilitasi perubahan kea rah positif antara anak dan anggota keluarga
- Membantu perkembangan hubungan orang tua – anak
- Memberi kesempatan kepada anak dan anggota keluarga belajar tentang kesehatan
- Meningkatkan penguasaan atau control diri
- Member kesempatan untuk bersosialisasi baik dengan pasien maupun dengan tim kesehatan.
Memberi dukungan pada anggota keluarga
- Memberi informasi
- Melibatkan saudara
Bermain untuk mengurangi stres akibat hospitalisai
Tags: akper, anak, artikel, galerikesehatan, hospital, kesehatan, luwuk, sehat